Sri Rahayu Setyaningsih, S.Pd.Bio.
“Kita harus bersikap tekun dan tidak boleh malas agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.”
“Beav, ayo bangun, Nak! Ibu sudah buatkan susu untukmu,” ujar Berina.
“Beav masih mengantuk, Bu …” sahut Beaver.
Beaver si Berang-berang tampak malas beraktivitas. Sementara adiknya, Bery, selalu bangun pagi dan membantu Ayah bekerja. Tibatiba terdengar suara Bery.
“Aduh … sakit!” keluh Bery dalam gendongan Berber sang Ayah. Seketika Beaver terkejut dan bangun. Ada rasa bersalah dan malu dalam hatinya karena tidak membantu ayah dan adiknya. Sementara itu, Berina si ibu beruang mengobati kaki Bery setelah direbahkan di ruang tengah.
“Bery … kenapa kakimu berdarah?” tanya Beaver cemas.
“Bery terlalu semangat membantu Ayah membuat bendungan. Sampaisampai kakinya terkena duri ranting yang tajam,” sahut Berber sang Ayah.
“Tidak apa-apa. Luka Bery pasti akan segera sembuh,” ucap Berina memberikan semangat.
“Bery istirahat dulu, ya! Lukamu pasti sembuh. Ayah akan melanjutkan pekerjaan. Arus air hari ini deras sekali, bendungan yang kita buat harus segera selesai,” ujar Berber.
“Bery ikut Ayah,” pinta Bery.
“Jangan! Kakimu masih sakit. Kamu perlu istirahat. Biar Kakak saja yang bantu Ayah!” seru Beaver.
Beaver, Berber, dan Berina selanjutnya bekerja sama membuat bendungan. Beaver terlihat gigih saat memindahkan kayu-kayu besar setelah mengasah giginya agar kuat memotong dahan pepohonan. Akhirnya, bendungan pun berhasil diselesaikan. Beaver bahagia sekali. Sejak itu pula Beaver berjanji akan lebih tekun dan tidak malas lagi. ***